Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang melakukan kunjungan studi ke Bappeda Provinsi Bali. Kunjungan itu diterima Kepala Bappeda Provinsi Bali yang diwakili Kepala Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan bertempat di Ruang Rapat Jempiring, Selasa, 21 Januari 2025.
Pimpinan rombongan yang juga Dosen Tetap ITN Malang, Ardiyanto Maksimilianus Gai menyampaikan tujuan kunjungannya untuk belajar lebih dalam tentang perencanaan wilayah Bali, khususnya perencanaan pariwisata, perencanaan kewilayahan dan perkotaan. Bali pernah mengalami dampak yang cukup dalam akibat Covid-19. Tentunya ada upaya-upaya dalam rangka pemulihan, perbaikan, dan percepatan pemulihannya.
Kepala Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan I Ketut Gede Arnawa menyampaikan Bali memang bukan kompetitor daerah tujuan wisata lain, tapi Bali memiliki ciri khas budaya yang berbeda. Bahkan Bali dijadikan sebagai hub pariwisata bagi daerah lain.
Terkait pembangunan kewilayahan, Bali memiliki tantangan dalam pembangunannya, yaitu pembangunan infrastruktur akomodasi pariwisata yang tidak terkendali dan perubahan iklim dapat merusak alam Bali. Terjadi peningkatan jumlah penduduk yang pesat dapat menyebabkan adanya tekanan pada sumber daya alam, lingkungan dan Budaya Bali.
Perubahan iklim dapat mengancam sektor pertanian dan pariwisata Bali. Adanya ketimpangan sosial dan ekonomi antar wilayah dan ketimpangan perkotaan dan perdesaan. Pencemaran limbah domestik dan industri juga mengancam kualitas air laut dan ekosistem pesisir. Sementara terjadi konflik penggunaan lahan antara sektor pariwisata, perikanan, pertanian dan konservasi. Terlebih ketatnya persaingan global dengan destinasi wisata lainnya di dunia.
Sehingga, arah perencanaan pembangunan kewilayahan Bali menekankan pada keseimbangan pertumbuhan ekonomi, pelestarian budaya dan lingkungan, pemberdayaan masyarakat, pariwisata berkelanjutan, infrastruktur yang ramah lingkungan.
Pembangunan di perdesaan dan di perkotaan diarahkan agar merata secara proporsional/berbasis potensi dimana perdesaan berorientasi untuk mempertahankan/mengembangkan pertanian dalam arti luas, memperkokoh adat-istiadat dan mempertahankan sumber daya alam. Disisi lain, perkotaan dibangun sebagai kawasan modern yang menampung penduduk yang heterogen, pengembangan industri dan bisnis serta hijau.
Pada kesempatan tersebut mahasiswa menyoroti beberapa hal dan menjadi diskusi hangat diantaranya terkait sampah yang semakin banyak, permasalahan kualitas wisatawan, keseimbangan pembangunan wilayah, persaingan kualitas tenaga kerja lokal dengan pendatang, pengembangan UMKM, dan juga perencanaan wilayah khususnya transportasi. (Krisna – Prahum).