Kedatangan wisman ke Bali selama tahun 2018 tercatat sebanyak 6.070.473 kunjungan atau naik 6,54 persen dibanding tahun sebelumnya. Hal ini pada Seminar Makro Ekonomi Tahun 2018 bertempat di Ruang Cempaka Bappedalitbang Provinsi Bali, Jumat, 15 Februari 2019.
Seminar dibuka Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan, Nyoman Ngurah Subagia Negara, hadir sebagai moderator Prof Sadguna dan Narasumber Prof Made Kembar Sri Budhi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Udayana dan Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisa Statistik BPS Provinsi Bali, Agus Gede Hendrayana.
Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisa Statistik BPS Provinsi Bali, Agus Gede Hendrayana mengatakan, kegiatan WB-IMF Annual Meeting yang dilaksanakan di Nusa Dua Bali memiliki dampak yang positif bagi aktivitas pariwisata di Bali. Kunjungan Wisman pada Triwulan IV 2018 tercatat meningkat sebesar 24,64 persen dibanding Triwulan yang sama pada tahun 2017, saat terjadinya erupsi Gunung Agung.
Di bagian lain Agus menggarisbawahi, apabila mengamati struktur PDRB dan pertumbuhan ekonomi menurut pengeluaran pada triwulan IV Tahun 2018, laju pertumbuhan ekspor Bali lebih kecil yaitu 9,64 persen dibanding impor (luar negeri dan antar daerah) sebesar 10,83 persen.
“Jadi seandainya saja kita bisa mengurangi ketergantungan kita, impor bisa diturunkan (lebih kecil dari ekspor), pertumbuhan ekonomi kita bisa lebih tinggi dari saat ini,” ujarnya.
Ditambahkannya, kondisi impor yang lebih tinggi dari ekspor memposisikan Bali riskan apabila terjadi masalah di daerah lain misalnya terganggunya transportasi Jawa-Bali.
Prof Made Kembar Sri Budhi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Udayana mengatakan melihat angka-angka statistik yang dipaparkan, ada yang bagus, prospeknya memberikan kebaikan dan ada yang membuat pesimis. Namun pihaknya mengajak untuk selalu optimis. Dalam konsep ekonomi yang bagus, kalau pariwisata itu sebagai leading sektor, harusnya sektor ini mampu menarik sektor lain untuk berkembang lebih maju. (Krisna-Pranata Humas)