Angka Kemiskinan di Provinsi Bali turun dari 3,91 pada September 2018, menjadi 3,61 pada September 2019. Penurunan ini merupakan hasil implementasi satu tahun program-program Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Hal ini dikatakan Kepala Bappeda Provinsi Bali I Wayan Wiasthana Ika Putra usai membuka sekaligus memandu Forum Konsultasi Publik Rancangan Awal Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Semesta Berencana Provinsi Bali Tahun 2021, bertempat di Ruang Cempaka, Kamis, 13 Pebruari 2020.
Sebelumnya, dalam pembukaan forum Ika Putra menjelaskan hasil kajian dari dua lembaga resmi yang menganalisis pembangunan daerah Bali yaitu BPS dan Bank Indonesia sebagai gambaran ketika akan melakukan perancangan perencanaan 2021. “Pemaparan makro pembangunan kita terutama kemiskinannya. Karena bagaimanapun apa yang kita kerjakan selama ini di semua perangkat daerah, di semua kabupaten/kota itu warnanya adalah pengentasan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat. Apapun yang kita lakukan pasti menuju hasil akhir pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ujar Ika Putra.
Sementara itu narasumber Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Provinsi Bali Agus Gede Hendrayana memaparkan, gambaran ekonomi Bali paling mudah dilihat dari kinerja pariwisata. Tingkat kunjungan Wisman mencapai 6,27 juta tumbuh sebesar 3, 37 persen. Menurutnya pertumbuhan ini melambat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya penurunan wisman dari Asia Selatan khususnya Tiongkok yang merupakan wisman dominan ke Bali yang mulai mengalami gangguan di tahun 2019. Namun demikian ternyata tingkat penghunian kamar tidak menunjukkan data sebanding, secara persentase kamar yang terjual dibandingkan dengan kamar tersedia angka nya masih lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2018.
“Saya sampaikan bahwa sebenarnya tahun 2019 merupakan tahun yang penuh tantangan. Wisman kita bisa tumbuh saja itu sebenarnya sebuah prestasi yang demikian besar atau sesuatu yang merupakan capaian yang patut dibanggakan,” ujar Agus. Kenapa demikian? Dijelaskannya karena 2019 itu seperti kita ketahui kondisi ekonomi global belum bisa dikatakan membaik. Bahkan di tahun 2019 lembaga lembaga perekonomian besar yang diakui dunia seperti IMF World Bank itu semuanya merevisi target pertumbuhan ekonominya revisi-revisi ke bawah. “Jadi semua meyakini bahwa ekonomi global di tahun 2019 itu sedang tidak baik sehingga target yang direvisi. Dan ekonomi global tentu saja akan berpengaruh dengan Wisman yang datang ke Bali.
Sementara Manajer Fungsi dan Data Statistik Kantor Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bali Christina Irawadi sependapat bahwa perekonomian global pada 2019 mendapat tantangan yang cukup berat, terkait dengan ketidakpastian geopolitik, dimana ketegangan perdagangan antara AS dengan Tiongkok belum berakhir dan mempengaruhi ekonomi global. Ekonomi Bali sangat terpengaruh ekonomi global, karena sumbangan dari sektor pariwisata pada 2019 mencapai 54 persen, dan ekspor jasa mencapai 90 persen.
Penurunan ekonomi Bali di 2019 dipengaruhi adanya helatan IMF-World Bank pada 2018 yang menumbuhkan ekonomi cukup tinggi. Namun bila mencermati tahun sebelumnya akan terlihat peningkatan.
Prospek perekonomian Bali, menurut Christina, akan ada disruption karena adanya outbreak virus corona di Wuhan. Berdasarkan quick survey, semenjak ada pelarangan penerbangan ada penurunan yang sangat besar pengaruhnya. Hal ini hendaknya tidak menjadi kepanikan, namun mempersiapkan agar menjadi peluang dengan mensukseskan langkah-langkah pemerintah dan mengoptimalkan sektor mice. Berdasar survei juga pelaku bisnis menyatakan optimis mampu menghadapi hal itu. Paparan Makro dapat diunduh di: s.id/e6u12 (Krisna – Pranata Humas)